Sa'ad ibn Abi Waqqas
Sa'ad
ibn Abi Waqqas (Bahasa
Arab: سعد
بن أبي وقاص)
ialah salah seorang sahabat terawal memasuki Islam pada 610-11.
Beliau berpangkat bapa saudara kepada Nabi
Muhammad s.a.w. kerana
beliau merupakan sepupu ibu bagainda Aminah
binti Wahab yang
merupakan suku kaum Bani Zuhrah dan berasal dari
kota Makkah.Beliau
mempunyai tubuh yang agak rendah tetapi tegap. Rambutnya hitam dan
lebat. Beliau memeluk agama Islam ketika berumur 17 tahun.
Sa`d
terkenal kerana peranannya dalam penaklukan Empayar
Parsi pada
636 dan pemergiannya ke China pada
616 dan 651.
Pekerjaan
beliau semasa di kota Makkah adalah pembuat busur dan anak
panah.
Kerana itu, dia juga cekap dalam kemahiran memanah.
Sa'ad
juga pernah dipukul dengan teruk oleh para pemuda Makkah lantaran
pengisytiharannya memasuki Islam. Malahan ibunya juga mengugut untuk
tidak mahu makan jikalau beliau tidak mahu menjadi kafir semula,
namun Sa'ad tetap teguh dengan aqidahnya dgn
menjawab "Walaupun ibu mempunyai seribu nyawa dan nyawa ibu itu
ditarik satu persatu yakni , aku tetap dengan agamaku ini".
Semasa
umat Islam masih ditindas di Makkah pada awal penyebaran Islam, Sa'ad
pernah membelasah dan mencederakan seorang musyrikin, menjadi orang
pertama menumpahkan darah dalam sejarah Islam.
Sa'ad
merupakan sahabat yang berjasa besar dalam mengetuai
tentera Islam untuk
melumpuhkan seluruh kekuatan angkatan perang Parsi.
Kerana kejayaannya menewaskan tentera Parsi dalam peperangan yang
dikenali sebagai Perang
al-Qadisiyyah,
Sa'ad digelar Pahlawan Qadisiyyah.
Ketika
pemerintahan Khulafa
al-Rasyidin ketiga, Uthman
bin Affan,
Sa'ad dilantik untuk mengetuai rombongan umat Islam ke tanah
besar China untuk
menyebarkan agama Islam di sana sekaligus menyebabkan Sa'ad dikenali
sebagai perintis kepada
pemulaan tamadun Islam
di China.
Artikel
"Biografi
Sa'ad bin Abi Waqqas"
adalah bagian dari seri "Kisah
Sahabat Nabi Muhammad SAW"
Sa’ad
bin Malik Az-Zuhri atau
sering disebut sebagai Sa’ad
bin Abi Waqqas,
dilahirkan di Makkah dan berasal dari bani Zuhrah suku Quraisy. Dia
adalah pamanRosulullah
Saw dari
pihak ibu. Ibunda rasul,
Aminah binti Wahhab berasal dari suku yang sama dengan Saad yaitu
dari Bani Zuhrah. Oleh karena itu Saad juga sering disebut sebagai
Sa'ad of Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah, untuk membedakannya dengan
Sa'ad-Sa'ad lainnya. Sa’ad termasuk ke dalam golongan orang yang
pertama masuk Islam dan termasuk sepuluh sahabat yang mendapat
jaminan surga.
Sa’ad
dilahirkan dari keluarga yang kaya raya dan terpandang. Dia adalah
seorang pemuda yang serius dan memiliki pemikiran yang cerdas.
Sosoknya tidak terlalu tinggi namun bertubuh tegap dengan potongan
rambut pendek. Dia sangat dekat dengan ibunya.
Awal
masuk Islam
Suatu
hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu
Bakar yang
dikenal sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Sa'ad menemui Nabi
Muhammad di
sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Sa'ad yang
saat itu baru berusia 20 tahun.
Ia
pun segera menerima undangan Nabi
Muhammad SAW untuk
menjadi salah satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Sa'ad
kemudian menjadi salah satu sahabat yang pertama masuk
Islam.
Keislaman
Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan anggota
sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama beberapa
hari, ibu Sa'ad menolak makan dan minum sehingga kurus dan lemah.
Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap menolak dan
hanya bersedia makan jika Sa'ad kembali ke agama lamanya. Namun Sa'ad
berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada sang ibu,
namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah
SAW jauh
lebih besar lagi.
Mendengar
kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan
kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'ad
bin Abi Waqqas.
Ada
dua peristiwa yang menjadikan Sa'ad selalu dikenang dan istimewa,
pertama dialah yang pertama melepas anak panah untuk membela Agama
Allah, sekaligus orang pertama yang tertembus anak panah dalam
membela Agama Allah.
Kedua,
Sa'ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan
jaminan kedua orang tua beliau. Sabda Rasulullah, Saw., pada saat
perang Uhud : "Panahlah
hai Sa'ad ! Ibu Bapakku menjadi jaminan bagimu ....
Dalam
setiap peperangan siapapun panglimanya jika ada Sa'ad didalamnya maka
pasukan akan merasa tenang. Bukan hanya karena kehebatannya dalam
peperangan yang menciutkan hati musuh, tapi juga ketaqwaanya yang
luhurlah, yang menjadi hati sahabat lain menjadi tenang.
Pada
saat perang Qadishiyyah, Amirul mukminin Umar
bin Khaththab r.a.
mengangkat Sa'ad sebagai Panglima perang untuk melawan adidaya Persia
pada saat itu, ketika Sa'ad mengirim utusan untuk berdiplomasi dengan
Rustum (panglima perang persia) yang akhirnya negoisasi itu
berlangsung alot, dan muncullah pernyataan dari delegasi kaum
muslimin.
Sa’ad
memang seorang pemanah terkenal. Ketenarannya itu tidak lain karena
dialah orang muslim pertama yang melepaskan anak panah untuk berjuang
di jalan Allah, sebagaimana penuturannya: “Demi
Allah, sayalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan
Allah.” Peristiwa
itu terjadi ketika Rasulullah mengutus
enam puluh orang ke Mekah di bawah pimpinan Ubaidah bin Haris. Mereka
diutus karena kaum kafir Quraisy sering melakukan pelanggaran
terhadap isi Perjanjian Hudaibiyah. Di antara keenam puluh orang itu,
salah satunya adalah Sa’ad.
Setibanya
di Hijaz, mereka menuju mata air yang bernama Wadi Rabig. Ternyata,
di sana telah menunggu pasukan kafir Quraisy yang berjumlah dua ratus
orang di bawah pimpinan Abu
Sufyan.
Akhirnya, kedua pasukan yang tidak seimbang itu pun berhadap-hadapan
dan siap saling menyerang. Melihat keadaan yang tidak begitu
menguntungkan, Sa’ad dan teman-temannya berusaha untuk menghindari
pertempuran. Mereka mengutus delegasi untuk melakukan perundingan
dengan pihak kafir Quraisy. Dari perundingan itu dicapailah
kesepakatan damai, sehingga pertempuran yang tidak seimbang
terhindarkan.
Namun
demikian, sempat juga terjadi bentrokan singkat ketika beberapa
anggota pasukan kafir Quraisy menyerang. Saat itu, Sa’ad yang
bersenjatakan panah dengan gagah berani melepaskan anak panahnya.
lnilah anak panah yang pertama dilepaskan untuk membela agama Allah,
yang membuat Sa’ad terkenal sebagai pemanah pertama di jalan
Allah.
Kegagahan
dalam peperangan
Keberanian
dan kegagahannya sebagai seorang prajurit telah dibuktikan oleh
sejarah. Sa’ad tidak pernah absen dalam setiap peperangan yang
diikuti oleh Nabi
saw.
SetelahNabi
saw.
wafat, dia juga tetap menjadi salah seorang prajurit kepercayaan para
khalifah. Pada masa kekhalifahan Umar
bin Khattab,
Sa’ad diangkat menjadi panglima perang Qadisiyah yang amat
menentukan keberhasilan syiar lslam di wilayah lrak. Perang Qadisiyah
terjadi antara pasukan muslimin yang berjumlah sekitar tiga puluh
ribu orang dengan pasukan Persi yang jumlahnya mencapai seratus ribu
orang.
Saat
memimpin perang, Sa’ad sedang sakit. Sekujur tubuhnya dipenuhi
bisul yang sangat menyiksa, yang berpecahan setiap kali tubuhnya
terhentak di atas kudanya. Namun, meskipun sekujur tubuhnya
berlumuran darah akibat bisul-bisul yang berpecahan, Sa’ad tetap
bersemangat memimpin pasukannya’ Meski sakit menderanya, dia tetap
meneriakkan aba-aba dan takbir penggugah semangat dengan lantang
sehingga pasukannya terus bertempur dengan semangat juang yang
gigih’
‘Ayo
Abdullah, serang bagian sayap kiri. Engkau al-Haris’ masuk ke
jantung pertahanan musuh. Engkau Fulan, ke arah sana. Ayo kita sambut
surga’ Allahu akbar!”
Wafatnya Sa'ad
Sa’ad
meninggal pada tahun 54 Hijriyah saat usia yang sangat lanjut, yaitu
8O tahun, sehingga dia termasuk sahabat
Nabi yang
meninggal paling akhir. Ketika hendak menemui ajalnya, Sa’ad
meminta anaknya untuk membuka sebuah peti yang ternyata isinya adalah
sehelai kain tua yang telah usang dan lapuk. Sa’ad meraih kain itu
dari tangan putranya, kemudian menciumnya dengan penuh
perasaan.
Sa’ad
menghembuskan napasnya yang terakhir. Jasadnya dikafani dengan
sehelai kain lusuh, kemudian dimakamkan di dekat sahabat-sahabat
Nabi saw.
yang telah mendahuluinya yakni di pemakaman Baqi’ di kota
Madinah.
Memorial
Saad Abi Waqqas dibina sebagai menghargai sumbangan jasanya
menyebarkan dakwah Islam di China. Lokasi makamnya di kota Guangzhou,
wilayah Guangdong, China..
Dicatatkan
dalam sejarah China, Saad Abi Waqqas merupakan orang pertama
menyebarkan dakwah Islam di China. Saad Abi Waqqas telah singgah di
Pelabuhan Canton (kini Guangzhou) pada sekitar abad ke 7 masehi.
Ada
yang mengatakan bahawa makam ini milik Saad bin Abi Waqas, manakala
terdapat beberapa pendapat yang lain.
Terdapat
3 pandangan tentang Makam sebenar Saad Abi Waqqas iaitu :
1.
Baginda disemadikan di kota Mekah
2.
Baginda disemadikan di Syam.
-
Baginda disemadikan di Guangzhou, China
Kelihatan Maqam Saad bin Abi Waqas di Negara China. |
Suatu
hari dalam hidupnya, ia didatangi sosok Abu Bakar yang dikenal
sebagai orang yang ramah. Ia mengajak Sa'ad menemui Nabi Muhammad di
sebuah perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan Sa'ad yang
saat itu baru berusia 20 tahun.
Ia
pun segera menerima undangan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi salah
satu penganut ajaran Islam yang dibawanya. Sa'ad kemudian menjadi
salah satu sahabat yang pertama masuk Islam.
Sa'ad
sendiri secara tidak langsung memiliki hubungan kekerabatan dengan
Rasulullah SAW. Ibunda rasul, Aminah binti Wahhab berasal dari suku
yang sama dengan Saad yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu Saad juga
sering disebut sebagai Sa'ad of Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah, untuk
membedakannya dengan Sa'ad-Sa'ad lainnya.
Namun
keislaman Saad mendapat tentangan keras terutama dari keluarga dan
anggota sukunya. Ibunya bahkan mengancam akan bunuh diri. Selama
beberapa hari, ibunda Sa'ad menolak makan dan minum sehingga kurus
dan lemah. Meski dibujuk dan dibawakan makanan, namun ibunya tetap
menolak dan hanya bersedia makan jika Sa'ad kembali ke agama lamanya.
Namun Sa'ad berkata bahwa meski ia memiliki kecintaan luar biasa pada
sang ibu, namun kecintaannya pada Allah SWT dan Rasulullah SAW jauh
lebih besar lagi.
Mendengar
kekerasan hati Sa'ad, sang ibu akhirnya menyerah dan mau makan
kembali. Fakta ini memberikan bukti kekuatan dan keteguhan iman Sa'ad
bin Abi Waqqas. Di masa-masa awal sejarah Islam, kaum Muslim
mengungsi ke bukit jika hendak menunaikan shalat. Kaum Quraisy selalu
mengalangi mereka beribadah.
Saat
tengah shalat, sekelompok kaum Quraisy mengganggu dengan saling
melemparkan lelucon kasar. Karena kesal dan tidak tahan, Sa'ad bin
Abi Waqqas yang memukul salah satu orang Quraisy dengan tulang unta
sehingga melukainya. Ini menjadi darah pertama yang tumpah akibat
konflik antara umat Islam dengan orang kafir. Konflik yang kemudian
semakin hebat dan menjadi batu ujian keimanan dan kesabaran umat
Islam.
Setelah
peristiwa itu, Rasulullah meminta para sahabat agar lebih tenang dan
bersabar menghadapi orang Quraisy seperti yang difirmankan Allah SWT
dalam al-Qur'an Surah Al-Muzzammil ayat 10. Cukup lama kaum Muslim
menahan diri. Baru beberapa dekade kemudian, umat Islam diperkenankan
melakukan perlawanan fisik kepada para orang kafir. Di barisan
pejuang Islam, nama Sa'ad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak
utamanya.
Ia
terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang bernama
Umair bin Abi Waqqas yang kemudian syahid bersama 13 pejuang Muslim
lainnya. Pada Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa'ad terpilih menjadi
salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Saad berjuang dengan gigih
dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim
meninggalkan posisi mereka. Sa'ad juga menjadi sahabat dan pejuang
Islam pertama yang tertembak panah dalam upaya mempertahankan
Islam.
Sa'ad
juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunai kekayaan yang juga
banyak digunakannya untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal karena
keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Sa'ad hidup hingga usianya
menjelang delapan puluh tahun. Menjelang wafatnya, Sa'ad meminta
puteranya untuk mengafaninya dengan jubah yang ia gunakan dalam
perang Badar. Kafani aku dengan jubah ini karena aku ingin bertemu
Allah SWT dalam pakaian ini,ujarnya.
[sunting]
Memimpin Perang melawan Kekaisaran Persia
Penolakan
kaisar Persia membuat air mata Sa'ad bercucuran. Berat baginya
melakukan peperangan yang harus mengorbankan banyak nyawa kaum Muslim
dan non Muslim.
Kepahlawanan
Sa'ad bin Abi Waqqas tertulis dengan tinta emas saat memimpin pasukan
Islam melawan melawan tentara Persia di Qadissyah. Peperangan ini
merupakan salah satu peperangan terbesar umat Islam.
Bersama
tiga ribu pasukannya, ia berangkat menuju Qadasiyyah. Di antara
mereka terdapat sembilan veteran perang Badar, lebih dari 300 mereka
yang ikut serta dalam ikrar Riffwan di Hudaibiyyah, dan 300 di
antaranya mereka yang ikut serta dalam memerdekakan Makkah bersama
Rasulullah. Lalu ada 700 orang putra para sahabat, dan ribuan wanita
yang ikut serta sebagai perawat dan tenaga bantuan.
Pasukan
ini berkemah di Qadisiyyah di dekat Hira. Untuk melawan pasukan
Muslim, pasukan Persia yang siap tepur berjumlah 12O ribu orang
dibawah panglima perang kenamaan mereka, Rustum.
Sebelum
memulai peperangan, atas instruksi Umar bin Khattab yang menjadi
khalifah saat itu, Sa'ad mengirim surat kepada kaisar Persia,
Yazdagird dan Rustum, yang isinya undangan untuk masuk Islam.
Delegasi Muslim yang pertama berangkat adalah An-Numan bin Muqarrin
yang kemudian mendapat penghinaan dan menjadi bahan ejekan
Yazdagird.
Untuk
mengirim surat kepada Rustum, Sa'ad mengirim delegasi yang dipimpin
Rubiy bin Aamir. Kepada Rubiy, Rustum menawarkan segala kemewahan
duniawi. Namun ia tidak berpaling dari Islam dan menyatakan bahwa
Allah SWT menjanjikan kemewahan lebih baik yaitu surga.
Para
delegasi Muslim kembali setelah kedua pemimpin itu menolak tawaran
masuk Islam. Melihat hal tersebut, air mata Sa'ad bercucuran karena
ia terpaksa harus berperang yang berarti mengorbankan nyawa orang
Muslim dan non Muslim.
Setelah
itu, untuk beberapa hari ia terbaring sakit karena tidak kuat
menanggung kepedihan jika perang harus terjadi. Sa'ad tahu pasti,
bahwa peperangan ini akan menjadi peperangan yang sangat keras yang
akan menumpahkan darah dan mengorbankan banyak nyawa.
Ketika
tengah berpikir, Sa'ad akhirnya tahu bahwa ia tetap harus berjuang.
Karena itu, meskipun terbaring sakit, Sa'ad segera bangkit dan
menghadapi pasukannya. Di depan pasukan Muslim, Saad mengutip Alquran
Surah Al-Anbiya' ayat 105 tentang bumi yang akan dipusakai oleh
orang-orang shaleh seperti yang tertulis dalam kitab Zabur.
Setelah
itu, Sa'ad berganti pakaian kemudian menunaikan sholat Dzuhur bersama
pasukannya. Setelah itu dengan membaca takbir, Sa'ad bersama pasukan
Muslim memulai peperangan. Selama empat hari, peperangan berlangsung
tanpa henti dan menimbulkan korban dua ribu Muslim dan sepuluh ribu
orang Persia. Peperangan Qadisiyyah merupakan salah satu peperangan
terbesar dalam sejarah dunia. Pasukan Muslim memenangi peperangan
itu.