THALHAH
BIN UBAIDILLAH
Talhah bin Ubaidillah, antara pahlawan Islam yang setia membantu Nabi Salallhualaihisalam. |
Beliau
ialah Thalhah
bin Ubaidillah bin Usman bin Ka’ab bin Sa’ad,
seorang sahabat daripada Quraisy, merupakan salah seorang daripada 6
(enam) orang ahli majlis yang dicalonkan sebagai pengganti Khalifah
Umar bin Khattab sepeninggalnya, dan juga merupakan salah seorang
yang dijanjikan syurga. Setelah Khalifah Umar ditikam oleh Abu
Lukluk, ia sempat menamakan 6 orang sahabatnya yaitu
- Usman Bin Affan,
- Abdul Rahman Bin Auf,
- Ali Bin Abu Talib,
- Thalhah Bin Ubaidillah,
- Zubair al-Awwam dan,
- Saad Abu Waqqas
untuk
memilih salah seorang dari mereka sebagai bakal khalifah penggantinya
dalam tempo 3 hari. Thalhah bin Ubaidillah juga merupakan salah
seorang diantara 10 (sepuluh) sahabat-sahabat yang dijamin masuk
surga oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu:
1.
Abu Bakar RA – sudah meninggal,
2. Umar RA – khalifah ketika itu,
3. Usman bin Affan RA,
4. Ali bin Abi Tholib RA,
5. Saad bin Abi Waqqas RA,
6. Zubair bin Awwam RA,
7. Abdul Rahman bin 'Auf RA,8. Talhah bin Ubaidillah RA,9. Abu Ubaidah Jarrah RA – sudah meninggal
10. Said bin Zaid RA
2. Umar RA – khalifah ketika itu,
3. Usman bin Affan RA,
4. Ali bin Abi Tholib RA,
5. Saad bin Abi Waqqas RA,
6. Zubair bin Awwam RA,
7. Abdul Rahman bin 'Auf RA,8. Talhah bin Ubaidillah RA,9. Abu Ubaidah Jarrah RA – sudah meninggal
10. Said bin Zaid RA
Beliau
selalu aktif di setiap peperangan kecuali Perang Badar. Beliau telah
menyertai peperangan Uhud dan menyumbangkan suatu sumbangan yang
besar Di dalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah
Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus
jari-jari beliau.. Beliau telah melindungi Nabi s.a.w dengan dirinya
sendiri dan menahan panah dari terkena baginda dengan tangannya
sehingga lumpuh jari-jarinya.
Thalhah
Memeluk Islam
Beliau
masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra. Thalhah adalah
seorang pemuda Quraisy, ia memilih profesi sebagai saudagar. Meski
masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia
cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain
yang lebih tua. Pada suatu ketika Thalhah dan rombongan pergi ke
Syam. Di Bushra, Thalhah mengalami peristiwa menarik yang mengubah
garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak, "Wahai
para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota
Makkah?" "Ya, aku penduduk Makkah," sahut Thalhah.
"Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?"
tanyanya. "Ahmad yang mana?" "Ahmad bin Abdullah bin
Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para
Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam
yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur
makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya
wahai anak muda," sambung pendeta itu. Ucapan pendeta itu begitu
membekas di hati Thalhah hingga tanpa menghiraukan kafilah dagang di
pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Makkah, ia langsung
bertanya kepada keluarganya, "Ada peristiwa apa sepeninggalku?"
"Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar
telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya," jawab
mereka. ”Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada,
penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan
teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena
dia ahli sejarah Quraisy," gumam Thalhah lirih. Setelah itu
Thalhah langsung mencari Abu Bakar. "Benarkah Muhammad bin
Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?" "Betul."
Abu Bakar menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira'
sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar mengajak Thalhah untuk masuk
Islam. Usai Abu Bakar bercerita Thalhah ganti bercerita tentang
pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar tercengang. Lalu Abu
Bakar mengajak Thalhah untuk menemui Muhammad dan menceritakan
peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan
Rasulullah, Thalhah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.
Pengorbanan
Thalhah kepada Rasulullah SAW
Bila
diingatkan tentang perang Uhud, Abu Bakar RA selalu teringat pada
Thalhah. Ia berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada
waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah SAW. Ketika
melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah
saudaramu ini." Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena
lebih dari (70) tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya
putus." Diceritakan ketika tentara Muslim terdesak mundur dan
Rasulullah SAW dalam bahaya akibat ketidakdisiplinan pemanah-pemanah
dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan musyrikin bagai
kesetanan merangsek maju untuk melumat tentara muslim dan Rasulullah
SAW, terbayang di pikiran mereka kekalahan yang amat memalukan di
perang Badar. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh
keluarga mereka sewaktu perang Badar dan berniat akan membunuh dan
memotong-motong dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari
Rasulullah SAW. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat,
mereka terus mencari Rasulullah SAW. Tetapi kaum muslimin dengan
sekuat tenaga melindungi Rasulullah SAW, melindungi dengan tubuhnya
dengan daya upaya, mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan
anak panah. Tombak dan panah menghunjam mereka, tetapi mereka tetap
bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan
teguh, "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah".
Salah satu diantara mujahid yang melindungi Nabi SAW adalah Thalhah.
Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke
kiri. Ia melompat ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah.
Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang
yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang
mengelilinginya bagai laron yang tidak memperdulikan maut.
Alhamdulillah, Rasulullah selamat. Thalhah memang merupakan salah
satu pahlawan dalam barisan tentara perang Uhud. Ia siap berkorban
demi membela Nabi SAW. Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan
karena ALLAH menganugrahkan kepada dirinya tubuh kuat dan kekar,
keimanan yang teguh dan keikhlasan pada agama ALLAH. Akhirnya kaum
musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rasulullah
SAW telah tewas. Alhamdulillah, Rasulullah selamat walaupun dalam
keadaan menderita luka-luka. Baginda dipapah oleh Thalhah menaiki
bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya
diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya
Rasulullah dengan ayah ibuku." Nabi SAW tersenyum dan berkata, "
Engkau adalah Thalhah kebajikan." Di hadapan para sahabat Nabi
SAW bersabda, " Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh ...."
Yang dimaksud nabi SAW adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud
itulah Thalhah mendapat julukan "Burung
elang hari Uhud."
Keteladanan
Thalhah Bin Ubaidillah
1.
Al-Qarinain
atau sepasang sahabat yang mulia
Bagi
keluarganya, masuk Islamnya Thalhah bagaikan petir di siang bolong.
Keluarganya dan orang-orang sesukunya berusaha mengeluarkannya dari
Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena pendirian Thalhah
sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan
demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu.
Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di
lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan memukuli
kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci
maki Thalhah, yaitu ibu
Thalhah, Ash-Sha'bah binti Al-Hadramy.
Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid
yang menyeret Abu Bakar dan Thalhah mengikat keduanya menjadi satu
dan mendorong ke algojo hingga darah mengalir dari tubuh sahabat yang
mulia ini. Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar dan Thalhah digelari
Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia.
2.
Assyahidul
Hayy, atau syahid yang hidup.
Tidak
hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yang dihadapi Thalhah,
semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan
perjuangannya dalam menegakkan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan
yang didapatnya antara lain Assyahidul Hayy, atau syahid yang hidup.
Julukan ini diperolehnya dalam perang Uhud. Saat itu barisan kaum
Muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari sisi Rasulullah. Yang
tersisa di dekat beliau hanya 11 orang Anshar dan Thalhah dari
Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke
bukit tadi dihadang oleh kaum Musyrikin. "Siapa berani melawan
mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga," seru
Rasulullah. "Aku Wahai Rasulullah," kata Thalhah. "Tidak,
jangan engkau, kau harus berada di tempatmu." "Aku wahai
Rasulullah," kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah,"
kata Rasulullah. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan
prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang
mengantarkannya menemui kesyahidan. Rasulullah kembali meminta para
sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Thalhah
mengajukan diri pertama kali. Tapi,
senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap
ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal
Thalhah sendirian bersama Rasulullah, saat itu Rasulullah berkata
kepada Thalhah, "Sekarang engkau, wahai Thalhah." Dan
majulah Thalhah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang
ke arah musuh dan menghalau agar jangan menghampiri Rasulullah. Lalu
Thalhah berusaha menaikkan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian
kembali menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas. Saat itu
Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari
Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah. "Tinggalkan aku,
bantulah Thalhah, kawan kalian," seru Rasulullah. Keduanya
bergegas mencari Thalhah, ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan
pingsan, sedangkan badannya berlumuran darah segar. Tak
kurang 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing dan lemparan
panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah.
Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah
gelar syahid yang hidup diberikan Rasulullah. "Siapa yang ingin
melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematiannya,
maka lihatlah Thalhah," sabda Rasulullah. Sejak saat itu bila
orang membicarakan perang Uhud di hadapan Abu Bakar, maka beliau
selalu menyahut, "Perang hari itu adalah peperangan Thalhah
seluruhnya. Hingga akhir hayatnya, perjuangan sahabat mulia itu tak
kenal henti. Sebuah sejarah besar diukir, sejarah itu bernama Thalhah
bin Ubaidillah."
3.
. Thalhah Al-Jaud wal Fayyadh - Pribadi yang Pemurah dan Dermawan
Kemurahan
dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita
teladani. Dalam hidupnya ia mempunyai tujuan utama yaitu bermurah
dalam pengorbanan jiwa. Thalhah merupakan salah seorang dari (8)
delapan orang yang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu orang
bernilai seribu orang. Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya
dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya
selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah
menipu apalagi berkhianat. Pernahkah anda melihat sungai yang airnya
mengalir terus menerus mengairi dataran dan lembah ? Begitulah
Thalhah bin Ubaidillah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang
kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya
bernama Su'da binti Auf.
Pada suatu hari istrinya melihat Thalhah sedang murung dan duduk
termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera
menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah mejawab, " Uang
yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga
memusingkanku. Apa yang harus kulakukan ?" Maka istrinya
berkata, "Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada
fakir-miskin." Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada
ditangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun. Assaib bin Zaid
berkata tentang Thalhah, katanya, "Aku berkawan dengan Thalhah
baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada
seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia
mendermakan uang,sandang dan pangannya." Jaabir bin Abdullah
bertutur, " Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan
dari Thalhah walaupun tanpa diminta. Oleh karena itu patutlah jika
dia dijuluki "Thalhah si dermawan", "Thalhah si
pengalir harta", " Thalhah kebaikan dan kebajikan".
4.
Thalhah Al-Khair – Thalhah yang baik
Thalhah
adalah pedagang besar. Pada suatu sore hari dia mendapat untung dari
Hadhramaut kira-kira 700 000 dirham. Malamnya dia ketakutan, gelisah
dan risau. Maka ditanya oleh istrerinya Ummu Kaltsum binti Abu Bakar
Shiddiq, Mengapa Anda gelisah, hai Abu Muhammad, Apa kesalahan kami
sehingga Anda gelisah?Jawab Thalhah, Tidak! Engkau adalah isteri yang
baik dan setia! Tetapi ada yang terfikir olehku sejak semalam,
seperti biasanya pikiran seseorang tertuju kepada Tuhannya bila dia
tidur, sedangkan harta ini bertumpuk di rumahnya.? Jawab isterinya,
Ummu Kalthum, Mengapa Anda begitu risau memikirkannya. Bukankah kaum
Anda banyak yang membutuhkan pertolongan Anda. Besok pagi
bagi-bagikan wang itu kepada mereka.? Kata Thalhah, Rahimakillah.
(Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu!). Engkau wanita
beroleh taufiq, anak orang yang selalu diberi taufiq oleh Allah.?
Pagi-pagi, dimasukkannya wang itu ke dalam pundi-pundi besar dan
kecil, lalu dibagi-bagikannya kepada fakir miskin kaum Muhajirin dan
kaum Anshar.
Diceritakanya pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Usman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu. Jika engkau suka, ambilah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham.? Kata orang itu, Biarlah aku terima uangnya saja.? Thalhah memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu.
Diceritakanya pula, seorang laki-laki pernah datang kepada Thalhah bin Ubaidillah meminta bantuannya. Hati Thalhah tergugah oleh rasa kasihan terhadap orang itu. Lalu katanya, Aku mempunyai sebidang tanah pemberian Usman bin 'Affan kepadaku, seharga tiga ratus ribu. Jika engkau suka, ambilah tanah itu, atau aku beli kepadamu tiga ratus ribu dirham.? Kata orang itu, Biarlah aku terima uangnya saja.? Thalhah memberikan kepadanya uang sejumlah tiga ratus ribu.
Salah
seorang sahabat Nabi Muhammad bernama Thalhah bin Ubaidillah. Beliau
terkenal sebagai seorang yang sangat pemurah. Pada suatu masa beliau
berhutang lima puluh ribu dirham daripada sahabat karib Nabi Muhammad
yg bernama Usman bin Affan. Buat beberapa lama beliau belum dapat
membayar hutangnya itu. Suatu hari Thalhah bin Ubaidillah terserempak
dengan Usman bin Affan yg sedang berjalan menuju ke Masjid besar
Madinah. "Tuan Usman."kata Thalhah bin Ubaidillah,
"sekarang saya sudah mempunyai cukup wang bagi membayar hutang
saya." "Saya hadiahkan uang itu kepada saudara, sebab
saudara selalu berhutang bagi menanggung keperluan orang-orang lain,"
Jawab Usman bin Affan.
Wafatnya
Thalhah
Talhah
bin Ubaidillah meninggal dunia pada tahun 36 Hijrah bersamaan 656
Masehi. Thalhah wafat pada usia 60 (enam puluh) tahun dan dikubur di
suatu tempat dekat padang rumput di Basra. Beliau meninggal dunia
terkena panah pada peperangan Jamal. Sewaktu terjadi pertempuran
"Aljamal", Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali Ra
dan Ali Ra memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang.
Sebuah panah mengenai betisnya maka dia segera dipindahkan ke Basra
dan tak berapa lama kemudian karena lukanya yang cukup dalam ia
wafat.
Tidak
ada kegembiraan paling diharapkan sahabat Rasulullah SAW, melebihi
kedudukan yang disandangkan Baginda kepada Thalhah bin Ubaidillah
yang tidak hairanlah hatinya tenteram mendengar kata-kata itu. Dialah
insan yang akan hidup dan mati termasuk salah seorang mereka yang
menepati benar apa dijanjikan Allah, dan dia tidak terkena fitnah dan
tidak mendapat kesukaran.
Rasulullah
pernah berkata kepada para sahabat Ra, "Orang ini termasuk yang
gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas
bumi maka lihatlah Thalhah. Hal itu juga dikatakan ALLAH dalam
firmanNya : "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang -orang
yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada ALLAH, maka
diantara mereka ada yang gugur. Dan
diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun
tidak merubah janjinya." (Al-Ahzaab:
23)
Thalhah
bin `Ubaidillah (R) is one of the greatest heroes of Islam. All
tribes inside and outside of Makkah knew how much he was chaste and
pious. When he embraced Islam he was a promising shield that provided
protection to so many weak and oppressed families to the extent that
he was called by the Prophet (S) - the example of benevolence. He was
also given the glad tidings that he would be one of the martyrs and
the Prophet's neighbor in Paradise. Thus we can say that this hero of
Islam is the example to follow and join the eternal life of happiness.