9/13/2009

Cinta Ikhlas Untuk Ramadhan

Merindu hati ini menanti saat kedatangannya, tak kuasa menahan setiap tetesan air kesyukuran yang memancarkan kebahagiaan dan tak terlukiskan saat ianya tiba malam tadi. Segala puji bagi Allah SWT yang telah berkenan kembali mempertemukan kita dengan bulan penuh cinta.Cinta yang ditawarkan Allah SWT kepada segenap makhluk di bulan Ramadhan selayaknya kita sambut dengan suka cita, seraya berharap kelak kita menjadi sebagian dari golongan yang mendapatkan cinta-Nya.
Detik-detik menjelang satu ramadhan, ungkapan cinta bertaburan di seantara dunia menyambut hangat ramadhan ditandai dengan jalinan silaturahim melalui surat,telepon, SMS, email, atau bahkan rangkaian acara-acara khusus menyambut tamu agung ini. Cinta yang diberikan-Nya bukanlah sesuatu yang payah dimergerti,setidaknyadengan ramadhan, mereka yang terbiasa sibuk sedemikian rupa sedikit mempercepat aktivitinya agar segera tiba di rumah untuk menikmati berbuka puasa bersama keluarga. Juga yang biasanya tak sempat untuk sarapan bersama, Allah SWT memberi kesempatan kepadanya saat makan sahur buat bersama keluarga. Bukankah yang demikian dapat kembali menyuburkan cinta dan menghangatkan keharmonisan keluarga?
Kata Rasul SAW, saling mencintai dan berkasih sayanglah kepada sesama yang di bumi, maka seluruh yang di langit akan mencintai dan mengasihimu. Cinta sesame saudara muslim, Allah SWT berikan juga kesempatan manusia untuk menzahirkannya saat-saat bersama melakukan shalat tarawih berjama’ah, saling menghantarkan makanan berbuka kepada tetangga, juga tak lupa memberi sedekah dan hidangan berbuka kepada pengemis, fakir miskin dan anak yatim-piatu. Bahkan menjelang hari akhir ramadhan, wujud cinta juga buktikan dengan mengeluarkan sebagian harta kita untuk zakat guna melengkapi proses pembersihan diri menuju kesucian.
Infaq, sedekah, dan zakat yang kita keluarkan, adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT sekaligus menegaskan bahwa kita tak termasuk orang-orang yang cinta harta dunia dan sadar akan adanya sebagian hak orang lain dari apa-apa yang kita miliki. Adakah yang cintanya sebesar sahabat Abu Bakar Shiddik yang mengeluarkan seluruh hartanya di jalan Allah SWT hingga Rasul-pun bertanya apa yang tersisa untuknya. “Allah SWT dan rasul-Nya, cukuplah bagiku” jawab Abu Bakar. Dan tentu saja, perlulah diri ini belajar dari Ibrahim alaihi salam dan keluarganya tentang hakikat dan bentuk cinta kepada Allah SWT. Hal yang tidak kalah menakjubkan juga ditunjukkan Rasulullah kepada seorang anak yatim yang bersedih di hari raya. Ia menjadikan dirinya ayah, dan Fatimah saudara perempuan anak yatim tersebut seraya membahagiakannya saat hari bahagia, Aidil Fitri.
Malam-malam ramadhan, adalah saat terbaik kita bercengkerama dan bermesraan dengan Allah SWT melalui tilawah dan tadarrus qur’an, tahajjud serta munajat kepada-Nya. Hati yang terpaut cinta, seperti enggan menuju pembaringan. Inginnya menghabiskan malam-malam ramadhan dengan tangis penyesalan atas kesalahan dan dosa, atas segala alpa dan juga lalai. Sedar akan semua nikmat yang Allah SWT berikan tanpa pernah alpa, tanpa pernah pula silap serta salah dan lalai. Dia senantiasa memberikan layanan terbaik kepada hamba-hamba-Nya, namun kita membayarnya dengan cinta yang semi,cinta yang terkadang hanya terucap di lidah tanpa wujud yang nyata.Astaghfirullaah …Jika hati ini sedemikian rindunya menanti kedatangan bulan penuh rahmatdan maghfirah ini, tentulah, selayaknya orang saling mencinta, akan ada tangis jika kekasihnya pergi. Tetesan air mata yang akan mengalir nanti,takkan terhitung betapa derasnya membayangkan kemungkinan bertemunya kembali kita dengan ramadhan nan penuh cinta ini.Saat hari fitri tiba, pantaslah ada keceriaan bagi mereka yang mendapatkan kemenangan melewati masa-masa ujian selama ramadhan, dengan satu harap menjadikan taqwa sebagai hasil akhir ramadhan. Namun tentu saja, sambilmenghitung-hitung betapa menyesalnya kita tak memanfaatkan ramadhan yang telah lalu dengan amal sebaik-baiknya, dengan ibadah yang bernilai, hingga tangis ini akan semakin keras berteriak dalam hati.
Satu harapan cuma “Akankah kita kan sampai di ramadhan tahun depan?” Maka, hati pun berdo’a penuh harap, “berilah hamba kesempatan”. Wallaahu a’lam bishshawaab